Sayap yang Tak Disadari Oleh Burung
Sang
kreatif diajak berbincang-bincang dengan kawannya disuatu malam yang sunyi sepi
senyap dikala hujan mengetuk-ngetuk jendela kamarnya,
“Hei, kesibukan apa
yang sedang kau lewati akhir-akhir ini? Pasti seru.”, tanya seorang kawan dari
jauh.
“Aku lelah, aku bisa
gila dengan semua rutinitas ini.”, jawab sang kreatif tanpa pikir panjang.
Proses komunikasi
mereka hanya dapat dilewati dengan komunikasi verbal, tidak sampai pada
komunikasi non-verbal. Diakibatkan dari jarak mereka berada, mereka
berkomunikasi seadanya dan terasa tidak sama sekali menghibur hati maupun
pikiran sang kreatif.
“Keluarlah, pergilah
keluar. Kamar ataupun ruangan yang berbentuk kotak itu bukanlah tempat yang
pantas untukmu.”, sang kawan berusaha mengarahkan idealis sang kreatif.
“Apa yang kau maksud?
Aku betah dan nyaman disini…”
“Kau nyaman, tapi kau
tak bahagia. Kau merasa aman, tapi kau tak merasa berkembang. Itulah kau
sekarang.”
“Kemanakah aku harus
pergi? Aku tak mau jauh dari rumah.”
“Biarkan sayapmu
membawa jiwa kreatifitasmu, seseorang yang kreatif tidak akan dapat mengembangkan
buah pikirannya disuatu ruangan yang sempit dimana yang ia lihat hanya itu itu
saja. Seorang yang kreatif harus keluar untuk berkembang, sekalipun itu
bermain. Karena jiwanya tidak diciptakan untuk menjadi seorang peneliti atau
penemu. Bagai seekor burung yang mempunyai sayap dan ia sanggup untuk terbang
bebas tetapi ia terlalu takut dan terkekang disuatu ruangan bulat yang biasa ia
sebut sarang/rumah.
Itulah sebabnya kau
merasa nyaman tapi pula tersiksa, padahal kau bisa. Semua orang tahu itu, sedangkan
kau tidak menyadari. Move!”
Dari percakapan
singkat itu, tak banyak kata yang bisa dibalas oleh sang kreatif. Hanya air
yang jatuh ke pipinya yang dapat menggambarkan perasaannya dikala hujan dan
petir berdansa ria dilangit.
NB: Tak perlu malu
untuk bertanya passion diri pada kaca, meskipun mereka akan diam dan kadang
menghakimi. Tapi jika kau ubah sudut pandang itu, mereka akan mengeluarkan apa
yang hati kecil perlu utarakan. Karena bicara dengan diri sendiri, tidaklah
segila itu.
Comments
Post a Comment