Posts

Showing posts from 2018

Rindu dari Si Hati Kecil (Isi Hati Anak Broken Home)

             Hari demi hari di kantor, tempat ku magang, pun silih berganti. Dari hari ke hari, aku semakin hafal dan mengenal karyawan disini. Hingga di suatu hari, bangku ku dipindahkan ke ruangan lain demi bisa mempelajari hal-hal lain diluar bidangku, dan diharapkan aku bisa menguasainya. Di ruangan itu hanya ada 2 orang bapak-bapak, dan akhirnya ditambah aku, jadi kami bertiga. Anggap saja ada bapak A, dan bapak B. Hubunganku dengan bapak A sudah cukup kenal dan akrab, karena memang dari pertama aku menanyakan prosedur magang di kantor ini, sudah melalui beliau. Sedangkan dengan bapak B, hanya sebatas kenal. Bahkan mengobrolpun belum pernah yang berisikan sesuatu.               Selang beberapa jam, bapak A ditugaskan keluar kota untuk menghadiri konferensi. Dan akhirnya aku di ruangan itu berdua dengan bapak B saja. Kondisi dan keadaan bapak B sudah tua, dan sedang sakit stroke. Hanya tangan kirinya lah yang masih berfungsi dengan normal. Tapi semangat untuk sembuh, tak per

Perjalanan Si Broken Home. - Part 3

(lanjutan part 2) Seusai aku melepas salah satu beban yang kurasakan selama tinggal berdua dengan papah selama rumah direnovasi, dadaku kembali bisa merasakan oksigen meski sedikit. Akhirnya ibu dan ade pindah lagi ke Bandung. Kakang melanjutkan pendidikan di Malang. Sehingga kami hanya bisa berkumpul saat libur hari raya Idul Fitri atau libur akhir tahun saja. Papah ke Bandung kalau weekend saja. Syukurlah. Makin hari, hubungan keluarga ini terus memanas. Perbedaan pendapat sedikit, berantem. Saling membentak. Akupun selalu diwanti-wanti oleh ibuku, “Jangan pernah ngomong ke ade, kalo kamu beda bapak sama dia.”, ibu paling pantang dengan hal ini. Kenapa? Kenapa diusia ade yang kini sudah 12 tahun, tidak diperbolehkan tahu tentang ini? Tentang asal usul kedua kakanya? Takut kami tidak saling menyayangi? Takut kami akan bermusuhan? Takut pikiran dia berubah? Lalu, bagaimana ceritanya dulu ketika aku mulai dicekoki masalah undang-undang perceraian, hak asuh, cerita-cerita buru

Perjalanan si Broken Home. - Part 2

(lanjutan part 1) Setelah kejadian pembantaian mental dan perang batin malam itu, kami berkemas untuk pindah rumah. “Udah ya teh, kang, kita emang udah bahagia bertiga. Sekarang berempat sama ade.”,peluk ibu kepada kami berdua sembari menangis sesampainya kami dikontrakan baru. Aku sudah lelah malam itu, kami sampai di kontrakan jam 02.00 WIB dini hari. Sudah lelah fisik, dan mental. Dan kami tidur tanpa ada kegiatan beres-beres dan menata barang. Besoknya, kami disuruh kembali ke rumah bersama papah. Setelah kembali, tidak ada rasa respect sedikitpun yang ku perlihatkan pada papah. Entah mengapa, memang seharusnya tidak boleh begitu. Tapi, aku hanya tidak suka. Sekeras-kerasnya ibu padaku, aku tetap tidak terima kalau ada yang membentaknya, apalagi dihadapanku. Tidak peduli siapapun yang membentaknya, aku tidak akan pernah bisa baik dengan tulus kepada siapapun yang membentaknya. Semenjak perceraian ibu dan ayah, ibu selalu cerita kepadaku tentang ayah, kehidupannya dikan

Perjalanan Si Broken Home. - Part 1

Hallo! Maaf sebelumnya, mulai saat ini saya tidak bisa menyebutkan identitas saya yang sebenarnya. Demi menjaga nama baik dan perasaan pihak-pihak yang terkait dengan kehidupan saya sampai saat ini. Dimohon pengertian pembaca, ya. Saya adalah seorang wanita usia 21 tahun. Saya sedang menyelesaikan masa perkuliahan tingkat akhir. Dan saat ini saya sedang melaksanakan magang atau Praktek Kerja Lapangan (PKL) di salah satu kantor BUMN di Kota Kembang, Indonesia. Saya akan kembali aktif menuliskan kisah hidup saya di blog ini, setelah 3 tahun fakum menulis di dunia manapun. Oh iya, perlu diketahui. Saya adalah seseorang yang senang sekali mendengarkan orang lain berbagi pengalaman hidupnya. Saya senang bercerita dan melakukan aktifitas berkomunikasi maupun social. Jadi, suatu kehormatan untuk saya, bila saya dan anda (para pembaca blog sisiseseorang ) ini bisa saling berbagi dan saling membantu satu sama lain untuk keluar dari problematika kehidupan. Baiklah, saya mulai. S