Perjalanan Si Broken Home. - Part 3
(lanjutan part 2)
Seusai aku melepas salah satu beban yang kurasakan
selama tinggal berdua dengan papah selama rumah direnovasi, dadaku kembali bisa
merasakan oksigen meski sedikit. Akhirnya ibu dan ade pindah lagi ke Bandung.
Kakang melanjutkan pendidikan di Malang. Sehingga kami hanya bisa berkumpul
saat libur hari raya Idul Fitri atau libur akhir tahun saja. Papah ke Bandung
kalau weekend saja. Syukurlah.
Makin hari, hubungan keluarga ini terus memanas.
Perbedaan pendapat sedikit, berantem. Saling membentak. Akupun selalu
diwanti-wanti oleh ibuku, “Jangan pernah ngomong ke ade, kalo kamu beda bapak
sama dia.”, ibu paling pantang dengan hal ini. Kenapa? Kenapa diusia ade yang
kini sudah 12 tahun, tidak diperbolehkan tahu tentang ini? Tentang asal usul
kedua kakanya? Takut kami tidak saling menyayangi? Takut kami akan bermusuhan? Takut
pikiran dia berubah? Lalu, bagaimana ceritanya dulu ketika aku mulai dicekoki
masalah undang-undang perceraian, hak asuh, cerita-cerita buruk tentang ayahku
dari ibu ketika usiaku masih 6 tahun? Apa ibu tidak memikirkan perasaanku? Apa ibu
tidak memikirkan apa yang aku rasakan saat itu? Mengapa ade sangat dibedakan? Bahkan,
sampai ia kelas 6 SD saat ini, dia selalu diantar jemput naik mobil oleh ibu
yang padahal ibupun tidak begitu sehat. Aku sudah berulang kali menawarkan
kalau jadwal kuliahku tidak sampai sore, aku bisa menjemputnya. Selalu ibu
menolak, “Jangan naik motor ade mah, kasian suka ngantuk abis sekolah. Masuk angin
nanti.”. Lalu aku? Dulu? Naik angkot sampe nyasar ketika SD gara-gara
ketiduran. Naik ojek dan ketiduran di motor sepulang sekolah. Mengapa
perbedaannya sampai sebegitu jauhnya?
Sampai saat inipun, pendapat ade selalu didengar. Kalaupun
ditolak, dengan halus dan selalu mendahulukan dengan kata-kata, “Iya de, bener
emang pendapat kamu. Tapi, kayanya bakal lebih baik kalau LALALALALALAALA, iya
kan de?”, dengan nada yang lembut. Sedangkan kepadaku, “Ya ga boleh lah apaan
ide kaya gitu. Udah ikutin kata ibu. Nurut aja ga usah ngelawan.”. Tiap kali
aku menyadari perbedaan ini, aku selalu menangis. Apa karena ayahku tidak
membiayaiku dan kakang selama ini? Sedangkan papah masih membiayai ade, ibu dan
bahkan aku dan kakang? Apakah selama ini aku dan kakang beban bagi ibu? Beban bagi
keluarga ini? Lalu kami harus kemana…kami harus pergi ke siapa… Dan, kami ini
siapa? Apakah kami diinginkan? Atau sebaliknya?
Banyak pertanyaan yang sama sekali tidak bisa ku
temukan jawabannya.
Hingga satu persatu pertanyaan teka teki hidup ini
terjawab satu persatu. Dari cara yang sama sekali tak terduga. Contohnya, aku
akhirnya cerita singkat tentang hidupku kepada teman kuliahku. Dan ia
mendengarkan banyak pertanyaan dariku tentang hidup ini. Aku tipe orang yang
tidak pernah cerita tentang aib keluarga ini kepada orang luar. Namun, saat itu
kondisiku sudah tidak kuat dan benar-benar butuh seseorang terutama jawaban
atas semua pertanyaanku. “Hei, ada
beberapa hal di hidup ini yang memang sudah bukan menjadi sebuah pertanyaan.
Contohnya, aku ini siapa, kenapa aku disini ga disana, kenapa keluargaku begini
ga kaya yang lain. Cukuplah dengan pertanyaan klasik itu. Belajarlah menerima,
memaafkan dan bersyukur. Aku (temanku) tau kalau kamu (aku) itu orang yang
bijak dan dewasa, tapi memang kalau masalahnya sudah berat, kedewasaan itu bisa
hilang ditelan emosi. Tapi, percayalah. Allah ngasih semua ini ke kamu, karena
tau kalau kamu sanggup memikulnya. Tau kalau dikasih ke orang lain, mungkin
orang lain itu gak akan jadi seperti kamu detik ini. Contohnya, kalau dikasih
ke aku. Mungkin aku sekarang milih buat ga kuliah, atau pake narkoba. Tapi,
liat kamu. Malah aku ga percaya masalalumu kaya gitu.”
Ya, ada beberapa hal didunia ini yang ga perlu kita
tanyakan lagi. Melainkan itu semua ketetapan Allah semata. Dan kini, aku sudah
berhasil menerima amanah mendirikan komunitas TV terbesar di Kota Kembang,
sudah menjadi wakil organisasi kampus, sudah menjadi freelance graphic designer
dan videographer, asisten dosen dan peneliti, dan amanah-amanah lainnya yang
dilimpahkan kepadaku.
Memang, kebaikan akan hadir dari hal-hal yang tidak
pernah kita sangka-sangka. Skenario-Nya memang yang paling indah. Dan tidak akan
pernah terbaca. Teruslah berbuat baik, berprasangka baik. Jalani sisa hidup ini
dengan mulai memfilter hal-hal yang tidak mendukung cita-cita dan harapan
kalian kedepannya.
Niat saya berbagi cerita disini, tidak lain adalah
untuk saling memotivasi kalian para broken home yang selalu berfikiran bahwa
ini adalah akhir dari segalanya. Dan untuk kalian yang tidak broken home, untuk
lebih semangat lagi dalam menggapai kebahagiaan dimanapun kalian berada.
Comments
Post a Comment