Posts

Rindu dari Si Hati Kecil (Isi Hati Anak Broken Home)

             Hari demi hari di kantor, tempat ku magang, pun silih berganti. Dari hari ke hari, aku semakin hafal dan mengenal karyawan disini. Hingga di suatu hari, bangku ku dipindahkan ke ruangan lain demi bisa mempelajari hal-hal lain diluar bidangku, dan diharapkan aku bisa menguasainya. Di ruangan itu hanya ada 2 orang bapak-bapak, dan akhirnya ditambah aku, jadi kami bertiga. Anggap saja ada bapak A, dan bapak B. Hubunganku dengan bapak A sudah cukup kenal dan akrab, karena memang dari pertama aku menanyakan prosedur magang di kantor ini, sudah melalui beliau. Sedangkan dengan bapak B, hanya sebatas kenal. Bahkan mengobrolpun belum pernah yang berisikan sesuatu.               Selang beberapa jam, bapak A ditugaskan keluar kota untuk menghadiri konferensi. Dan akhirnya aku di ruangan itu berdua dengan bapak B saja. Kondisi dan keadaan bapak B sudah tua, dan sedang sakit stroke. Hanya tangan kirinya lah yang masih berfungsi dengan normal. Tapi semangat untuk sembuh, tak per

Perjalanan Si Broken Home. - Part 3

(lanjutan part 2) Seusai aku melepas salah satu beban yang kurasakan selama tinggal berdua dengan papah selama rumah direnovasi, dadaku kembali bisa merasakan oksigen meski sedikit. Akhirnya ibu dan ade pindah lagi ke Bandung. Kakang melanjutkan pendidikan di Malang. Sehingga kami hanya bisa berkumpul saat libur hari raya Idul Fitri atau libur akhir tahun saja. Papah ke Bandung kalau weekend saja. Syukurlah. Makin hari, hubungan keluarga ini terus memanas. Perbedaan pendapat sedikit, berantem. Saling membentak. Akupun selalu diwanti-wanti oleh ibuku, “Jangan pernah ngomong ke ade, kalo kamu beda bapak sama dia.”, ibu paling pantang dengan hal ini. Kenapa? Kenapa diusia ade yang kini sudah 12 tahun, tidak diperbolehkan tahu tentang ini? Tentang asal usul kedua kakanya? Takut kami tidak saling menyayangi? Takut kami akan bermusuhan? Takut pikiran dia berubah? Lalu, bagaimana ceritanya dulu ketika aku mulai dicekoki masalah undang-undang perceraian, hak asuh, cerita-cerita buru

Perjalanan si Broken Home. - Part 2

(lanjutan part 1) Setelah kejadian pembantaian mental dan perang batin malam itu, kami berkemas untuk pindah rumah. “Udah ya teh, kang, kita emang udah bahagia bertiga. Sekarang berempat sama ade.”,peluk ibu kepada kami berdua sembari menangis sesampainya kami dikontrakan baru. Aku sudah lelah malam itu, kami sampai di kontrakan jam 02.00 WIB dini hari. Sudah lelah fisik, dan mental. Dan kami tidur tanpa ada kegiatan beres-beres dan menata barang. Besoknya, kami disuruh kembali ke rumah bersama papah. Setelah kembali, tidak ada rasa respect sedikitpun yang ku perlihatkan pada papah. Entah mengapa, memang seharusnya tidak boleh begitu. Tapi, aku hanya tidak suka. Sekeras-kerasnya ibu padaku, aku tetap tidak terima kalau ada yang membentaknya, apalagi dihadapanku. Tidak peduli siapapun yang membentaknya, aku tidak akan pernah bisa baik dengan tulus kepada siapapun yang membentaknya. Semenjak perceraian ibu dan ayah, ibu selalu cerita kepadaku tentang ayah, kehidupannya dikan

Perjalanan Si Broken Home. - Part 1

Hallo! Maaf sebelumnya, mulai saat ini saya tidak bisa menyebutkan identitas saya yang sebenarnya. Demi menjaga nama baik dan perasaan pihak-pihak yang terkait dengan kehidupan saya sampai saat ini. Dimohon pengertian pembaca, ya. Saya adalah seorang wanita usia 21 tahun. Saya sedang menyelesaikan masa perkuliahan tingkat akhir. Dan saat ini saya sedang melaksanakan magang atau Praktek Kerja Lapangan (PKL) di salah satu kantor BUMN di Kota Kembang, Indonesia. Saya akan kembali aktif menuliskan kisah hidup saya di blog ini, setelah 3 tahun fakum menulis di dunia manapun. Oh iya, perlu diketahui. Saya adalah seseorang yang senang sekali mendengarkan orang lain berbagi pengalaman hidupnya. Saya senang bercerita dan melakukan aktifitas berkomunikasi maupun social. Jadi, suatu kehormatan untuk saya, bila saya dan anda (para pembaca blog sisiseseorang ) ini bisa saling berbagi dan saling membantu satu sama lain untuk keluar dari problematika kehidupan. Baiklah, saya mulai. S

Sayap yang Tak Disadari Oleh Burung

S ang kreatif diajak berbincang-bincang dengan kawannya disuatu malam yang sunyi sepi senyap dikala hujan mengetuk-ngetuk jendela kamarnya, “Hei, kesibukan apa yang sedang kau lewati akhir-akhir ini? Pasti seru.”, tanya seorang kawan dari jauh. “Aku lelah, aku bisa gila dengan semua rutinitas ini.”, jawab sang kreatif tanpa pikir panjang. Proses komunikasi mereka hanya dapat dilewati dengan komunikasi verbal, tidak sampai pada komunikasi non-verbal. Diakibatkan dari jarak mereka berada, mereka berkomunikasi seadanya dan terasa tidak sama sekali menghibur hati maupun pikiran sang kreatif. “Keluarlah, pergilah keluar. Kamar ataupun ruangan yang berbentuk kotak itu bukanlah tempat yang pantas untukmu.”, sang kawan berusaha mengarahkan idealis sang kreatif. “Apa yang kau maksud? Aku betah dan nyaman disini…” “Kau nyaman, tapi kau tak bahagia. Kau merasa aman, tapi kau tak merasa berkembang. Itulah kau sekarang.” “Kemanakah aku harus pergi? Aku tak mau jauh dar

Bumi dan Matahari

Siapa yang tidak mengerti keadaan dan posisi dari Bumi dan Matahari? Sepertinya hampir seluruh manusia yang punya akal sehat tau kondisi mereka yang berjauhan. Panas matahari yang mencapai suhu 5505 o   C ini sangat pantang untuk makhluk hidup mendekatinya, jelas terbakar bila kita yang menempati bintang tata surya ini. Meskipun jarak yang menghadang antara bumi dan matahari teramat jauh, akan tetapi mereka tetap dapat saling bermanfaat satu sama lain dan tidak melepas gandengan mereka dalam suatu system tata surya. Di saat siang hari, matahari mengirimkan energy panasnya kepada bumi secara langsung, meskipun melalui berbagai lapisan atmosfer yang menyaring panas matahari untuk menghidupi kehidupan makhluk bumi. Di malam hari, mataharipun tetap menyinari bumi dengan menitipkan cahayanya kepada bumi melewati bulan yang akan tetap menyinari bumi dikala gelap nan sunyi menyikap. Matahari tidak pernah meninggalkan bumi, apapun yang terjadi, meskipun siang berganti malam. Sinarnya ter

Hal yang ku pelajari dari hal yang ku benci

Hai. Aku Tiara. Gadis remaja berusia 16 thn yang duduk dikelas 1 SMA di suatu sekolah swasta di sebuah kota besar metropiolitan ke 2 di Indonesia atau yang biasa kita sebut Kota Pahlawan. Atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Kota Surabaya. Aku seorang penulis amatir yang lebih senang membuat artikel atau puisi dan semacamnya, sesuai apa yang aku pikirin sih. Atau yang aku rasain. Yak... intinya aja sih ya kita langsung ke topik :)         Suatu ketika saat aku duduk dibangku sekolah kelas X di SMA, banyak sekali hal baru yang merupakan tantangan buat aku. Tinggal di sebuah kota baru dengan kebudayaan dan kebiasaan serta adat yang berbeda, tinggal disebuah rumah baru yang ramah tamah isi dan sekitarnya belum kita kenal, bersekolah ditempat yang baru dengan kedudukan atau tingkat yang lebih tinggi, bersama teman baru yang sama sekali aku tidak mengenal mereka seorangpun.... Adalah sebuah tantangan yang amat berat dan bertubi-tubi. Ya tapi apa mau dikata, jalan hidupku udah g